Antara Ruqyah dan Aqidah |
Dari sini kita mengetahui mengapa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan para rasul lainnya memulai dakwah mereka terhadap aqidah/ tauhid, yakni karena ia merupakan fondasi beragama. Bila aqidah/ tauhid kuat, bangunan di atasnya pun akan kuat. Sebaliknya, bila ia rapuh niscaya akan lebih rapuh lagi yang di atasnya.
Kroni setan
Demi kelancaran proyek penyesatan manusia, setan berkolaborasi dengan rekan-rekan seprofesi dari bangsa lain. Allah subhanahu wa ta'ala menjelaskan, "Begitulah ketetapan Kami. Setiap nabi, Kami hadapkan dengan musuh dari golongan manusia dan jin. Mereka saling membisikkan kepada yang lain perkataan manis yang penuh tipuan." QS. al-An'am (6): 112
Dalam shahih al-Bukhari disebutkan secara spesifik siapa rekan utama setan tersebut. 'Aisyah rodhiyallahu 'anha bertutur: "Suatu hari, ada orang yang bertanya kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasallam tentang para dukun." Jawab beliau: "Mereka tidak ada apa-apanya!" Para sahabat menyambung, "Wahai Rasulullah, sungguh mereka terkadang menyampaikan suatu berita dan ternyata benar." Maka Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: "Berita benar itu dicuri oleh jin, lalu dibisikkannya ke telinga rekan dekatnya layaknya suara ayam berkotek. Lalu diramunya dengan lebih dari seratus dusta." HR al-Bukhari no. 7561
Rambu-rambu ikhtiar
Diantara potren keindahan ajaran Islam, selain mengajarkan tawakkal, agama kita juga memotivasi umatnya agar berikhtiar, berdaya upaya dan berusaha untuk menggapai keinginan serta cita-citanya. Orang sakit yang menginginkan kesembuhan diperintahkan oleh Islam untuk berobat. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda (artinya): "Berobatlah! Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala tidaklah menurunkan penyakit melainkan menciptakan obatnya. Kecuali satu penyakit, yaitu penyakit tua." HR. Abu Dawud (4: 125 no. 3855) dan dinilai hasan shahih oleh at-Tirmidzi (hlm 461 no 2039).
Diantara rambu-rambu ikhtiar, yang amat disayangkan masih sering dilanggar, termasuk di negeri kita, larangan Islam untuk memanfaatkan 'jasa' dukun, paranormal, tukang sihir, dan yang semisal. Padahal panutan kita Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah mengingatkan dengan tegas:
"Barang siapa mendatangi peramal lalu menanyakan sesuatu kepadanya maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam." HR Muslim (4:1751 no. 22230).
Hadits lain memberikan statement lebih keras lagi: "Barang siapa mendatangi dukun atau tukang sihir lalu mempercayai apa yang dikatakannya maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam." HR. al-Bazzar (5:315 no. 1931) dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu. dan sanadnya dinilai shahih oleh Ibnu Katsir.
Apa itu "Ruqyah"
Ruqyah adalah membacakan sesuatu pada orang yang sakit, bisa jadi karena terkena 'ain (mata hasad), sengatan, sihir, racun, rasa sakit, sedih, gila, kerasukan, dan lainnya. Ruqyah di kalangan para dukun atau paranormal dikenal dengan istilah jampi-jampi. Adapun ruqyah yang syar'i ada ketentuannya sebagaimana disebutkan dalam tulisan berikut. Jika tidak memenuhi kriteria yang ada maka ruqyah tersebut tidak jauh dari jampi-jampi yang dilakukan oleh para dukun.
Pengobatan islami untuk penyakit sihir
Perlu kiranya kita mempelajari pula cara pengobatan seseorang terkena sihir. Sebab, banyak orang yang keliru dalam hal ini. Mereka memilih jalan pintas dengan mendatangi dukun atau 'orang pintar' sehingga yang terjadi adalah fenomena 'jeruk makan jeruk'! Padahal Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam manakala ditanya tentang nusyrah (pengobatan orang yang terkena sihir), beliau shalallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Itu adalah perbuatan setan." HR Abu Dawud (4:201 no. 3868) dan isnadnya dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam catatan kaki beliau atas Misykat al-Mashabih karya at-Tibrizi (2:1284 no. 4553).
Yang dikategorikan termasuk perbuatan setan adalah jenis pengobatan sihir orang-orang jahiliyah (Mirqah al-Mafatih karya al-Mulla 'Ali al-Qari 8:373 dan 'Aun al-Ma'bud karya Syamsul Haq 10:249). Diantaranya ialah pengobatan sihir dengan sihir serupa karena sama saja dengan melariskan tukang sihir dan membenarkan perilaku mereka yang berkolaborasi dengan setan dalam menjalankan pekerjaannya (Lihat Ma'arij al-Qabul karya Syaikh Hafizh Hakami 2:711).
Apalagi kenyataan di lapangan membuktikan bahwa pengobatan sihir dengan sihir serupa hanya akan mengakibatkan terjadinya silsilah yang tidak ada putusnya. Sebab, manakala tukang sihir tersebut kalah, maka pelaku akan mencari tukang sihir lain yang lebih 'sakti'. Tatkala korban terdesak ia akan mencari tukang sihir lain yang lebih kuat, begitu seterusnya. Ia berpindah dari satu tukang sihir ke tukang sihir lainnya. (Majalah Ghoib edisi 58 hlm 9-10).
Ruqyah syar'iyyah
Ruqyah syar'iyyah atau pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an dan dzikir-dzikir yang diajarkan Rasul shalallahu 'alaihi wa sallam. Allah azza wa jalla berfiman yang artinya:
Kami turunkan al-Quran sebagai penyembuh. (QS al-Isra' (17):82)
Al-Quran merupakan obat penyakit jasmani maupun rohani (lihat al-Mufhim karya Abdul 'Abbas al-Qurthubi 5:581, Zaad al-Ma'aad karya Ibnul Qaayyim 4:352, dan Fath al-Qadir karya asy-Syaukani 1:1298). Adapun dalil dari sunnah Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam antara lain: kisah ruqyah Jibril atas Nabi shallahu 'alaihi wa sallam diruqyah dengan dibacakan surat al-Falaq dan an-Nas.Seluruh ayat al-Quran bisa dipakai untuk ruqyah, tidak harus dipilih ayat-ayat tertentu. Dengan memberikan perhatian khusus terhadap surat-surat yang pernah dipakai di zaman Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam untuk meruqyah atau surat yang dijelaskan secara spesifik berkhasiat mengusir setan semisal surat al-Fatihah, al-Baqarah, al-Ikhlash, al-Falaq, dan an-Nas. Kemudian ditambahkan dengan bacaan-bacaan yang disebutkan dalam hadits shahih, semisal:
"Ya Allah, Rabb para manusia, yang menghilangkan penyakit. Sembuhkanlah, sesungguhnya Engkau Maha penyembuh. Tidak ada penyembuh selain Engkau. Berilah kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit" HR al-Bukhari dari Anas ibn Malik radhiallahu 'anhu.
"Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu. Berupa kejahatan setiap jiwa atau mata yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu". HR Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu 'anhu.
Tidak ada perselisihan pendapat di antara para ulama mengenai haramnya berobat dengan cara syirik. Contoh ruqyah syirkiyah adalah ruqyah yang bermuatan permintaan tolong kepada selain Allah azza wajalla.
Siapa yang boleh meruqyah?
Ruqyah bukanlah monopoli seorang. Siapapun orang yang beriman dan bisa membaca al-Quran boleh meruqyah, namun seyogyanya ia khusyuk saat meruqyah, berusaha memahami bacaan ruqyah, dan mengiringinya dengan keyakinan penuh akan khasiat dan kemujaraban ruqyah tersebut. Baik dalam diri peruqyah maupun yang diruqyah. Tidak cukup jika niatnya hanya coba-coba. (Lihat at-Tamhid karya Ibnu Abdil Barr 23:29, Azhar ar-Riyaadh karya al-Qadhi 'Iyadh 2:350, Fathul Baari karya Ibnu Hajar 10:196, ath-Thibb an-Nabawi karya Ibnul Qayyim hlm. 101, dan al-Fatawa adz-Dzahabiiyah fi ar-Ruqaa asy-Syar'iyah hlm. 21). Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Mohonlah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin dikabulkan. Ketahuilah Allah tidak mengabulkan permohonan yang muncul dari hati yang lalai". HR at-Tirmidzi halaman 790 no. 3472 dan dihasankan oleh al-Albani.
Memusnahkan media sihir
Di awal ayat keempat surat al-Falaq dijelaskan bahwa dalam rangka mengerjakan sihirnya para tukang sihir memakai media buhul, salah satu cara tuntas pengobatan sihir adalah dengan memusnahkan media sihir, baik itu buhul ataupun yang lainnya.
Sebagaimana peristiwa disihirnya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dan penguraian media sihirnya oleh 'Ali ibn Abi Thalib radhiallahu 'anhu. Zaid ibn Arqam radhiallahu 'anhu mengisahkan kejadian tersebut: "Seorang Yahudi menyihir Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Beliau menderita. Jibrilpun mendatanginya dan menurunkan pada beliau surat al-Falaq dan an-Nas. Malaikat Jibril berkata, 'Seorang Yahudi telah menyihirmu. (Buhul) sihirnya ada di sumur si fulan.' Kemudian 'Ali diutus untuk mengambilnya dan menguraikan buhul tersebut sambil dibacakan ayat. 'Ali pun membaca sambil menguraikannya, hingga Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bangkit kembali seperti orang yang baru lepas dari belenggu. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sama sekali tidak mengomentari perbuatan Yahudi tersebut. Hanya, beliau berpesan: 'Aku tidak mau melihat wajahnya'". HR 'Abd ibn Humaid 1:228 no 271 sanadnya dishahihkan oleh Salim al-Hilali dan muhammad alu Nashr. Semoga Allah senantiasa menjaga aqidah kita dari segala kesesatan. Aamiiin.
oleh: Rifaq Asyfiya', LC hafidhohullah
Sumber: Buletin Dakwah Islam "al-Furqon" tahun ke 12 Volume 6 No.1
0 Komentar
Silahkan meninggalkan komentar.
Kritik & Saran. Terimakasih atas kehadiran dan juga ukiran jejak Anda.