Aku mencintaimu karena Allah...
- Lanjutan cermin sebelumnya (klik di sini untuk melihat bagian pertama) -
Waktu berlalu, tidak ada kabar dari Zaidan setelah beberapa minggu berkomunikasi saat dia berada di kota lain. Hidup di sana dan entah bagaimana kabarnya.
"Ada apa di sana, kenapa tak kau beri tahu aku meski hanya dengan satu kata" itu yang kadang aku pikirkan. Namun mungkin dia masih tidak ingin orang tahu apa yang dilakukan dia di sana, aku hanya dapat berdo'a semoga dia tetap tegar, istiqomah dalam berpegang teguh dengan sunnah.
***
Hari raya Idul Fitri telah datang, beberapa bulan dari pertemuan terakhirku dengan Zaidan.
"Antum di rumah?" layar HPku menampilkan kalimat tanya dengan pengirim Zaidan, saat aku mengerjakan projek web untuk kantor tempat ku bekerja.
Segera aku balas, "Ya, antum di mana?" tulisku pada psesan singkat untuk Zaidan.
"Di rumah, boleh saya ke rumah antum?" jawaban darinya tak lama setelah aku membalas
"Silahkan :-)" tulisku
***
"Assalamu'alaikum..." terdengar suara Zaidan di depan pintu rumah ayahku.
"Wa'alaikumussalam", jawabku dengan senyum dan memberi isyarat kepadanya untuk masuk ke dalam rumah.
"Bagaimana kabarnya? Terlihat semakin ganteng saja dengan jenggot yang terpelihara" tanya dia dan dilanjutkan dengan candaan seperti biasa setelah lama tak berjumpa.
"Alhamdulillah, seperti yang antum lihat saat ini. Antum juga semakin ganteng, tapi antum terlihat lebih kurus dari yang lalu." jawabku, dan aku memikirkan apa yang dia lakukan di kota yang cukup jauh dari kota kelahirannya.
"Kalau antum sekarang terlihat subur ya, tambah tembem" kata Zaidan diiringin tawa kecil
Setelah beberapa menit berbincang kecil, akhirnya dia mengajakku untuk ke rumah saudara seiman yang juga teman diwaktu sekolah SMA, sesama pecinta sunnah. Awalnya aku menolak karena aku dikejar dead-line projek web untuk kantor, namun setelah ku pikir ini adalah waktu yang tepat untuk kita bisa bercengkerama sesama teman dan saudara seiman yang telah lama tidak bertemu. Untuk saling berbagi cerita, pengalaman, dan melepas kesepian karena terasing di dalam keramaian.
***
"Assalamu'alaikum...." salamku untuk penghuni rumah Faris.
"Wa'alaikumussalam warohmatulloh, silahkan masuk" jawab Faris mempersilahkan kami untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
"Subhanalloh, Faris juga tambah tembem seperti Kholid" celetuk Zaidan setelah beberapa detik duduk di sofa, diiringi dengan tawa kecilnya.
Aku dan Faris hanya tersenyum, akhirnya kami bertiga tersenyum. Lalu kami bernostalgia, bercerita tentang apa yang kami lakukan di beberapa bulan lalu, dan saling bertanya keadaan masing-masing.
"Aku rindu jenis manusia seperti mereka, aku ingin hidup bersama dengan manusia spesies ini" kataku dalam hati. Manusia yang mencintai saudara seiman, menjaga haknya, mencintai sunnah, membenci bid'ah, aman dari tangan dan mulutnya sendiri.
***
Ana ukhibbukum fillah...
Semoga kita tetap istiqomah
Di jalan sunnah
Kediri, 20 Agustus 2013.
0 Komentar
Silahkan meninggalkan komentar.
Kritik & Saran. Terimakasih atas kehadiran dan juga ukiran jejak Anda.