Ukhibbuka fillah
Aku mencintaimu karena ALLAH..
Zaidan, lelaki tegar di mataku. Meski aku tak begitu tahu liku dan terjal kisah hidupnya. Tapi semua sudah terpancar dari auranya, bahkan sebelum aku dekat dengan dia.
"Ukhibbuka fillah", kata itu yang terakhir dia katakan. Sebelum ia pindah dari kota ini. Dan entah kenapa harus pergi, dia memang pendiam tapi bukan dingin jadi aku tak banyak tahu tentang dia kecuali Dari sikap Dan keluarganya.
Ketegarannya dibuktikan dengan sabar, tak pernah mengeluh, dan hidupnya untuk di jalanNYA. Menggapai ridho Sang Pencipta.
***
"Assalamu'alaikum..." suara serak lirih terdengar dibalik pintu rumah yang ku kunci, rapat.
"Wa'alaikumussalam... siapa?" Jawabku ragu untuk memastikan dia adalah teman seaqidahku.
"Zaidan,.." jawabnya. Dengan suara yang melemah, sepertinya dia sedang flu
"Cklik, kreek" bunyi pintu yang aku buka. Ya, ini rumah tua peninggalan kakekku, semua sudah direnovasi secukupnya kecuali pintu ini.
Selang beberapa hembus napas, Zaidan memelukku. Seperti lama tak bertemu, rindu, atau banyak beban di hatinya
"Bagaimana kabarnya akhi?" Tanya Zaidan dengan Nada datar
"Alhamdulillah, bikhoir. Antum sakit? Suara Antum semakin serak.." jawabku dengan rentetan Kata Seperti biasa
"Enggak, ana baik-baik saja. Oh iya, maaf gak sempat kabari dulu kalau mau mampir rumah Antum. Kok sepi, pada kemana?" Jawab Zaidan dilanjutkan dengan pertanyaan basa-basi seperti biasa
"Oh, lagi ke rumah kakak. Ana sendiri jaga rumah. Sebentar ana tinggal dulu ya.." aku Minta izin untuk ke dapur membuatkan minuman atau sesuatu untuk teman berbincang
"Gak usah repot Kholid, ana gak bisa lama-lama.." katanya saat aku mulai berdiri
"Gak kok, ku mau ke belakang" Jawabku lalu bersenyum tipis Dan beranjak melangkahkan kaki ke ruang lain yang disebut dapur.
***
"Ana pamit, tetaplah istiqomah... harus segera ke stasiun." kata Zaidan setelah beberapa menit berbincang - sebelum beranjak Dari tempat duduknya
"Iya akhi. Dan saling mendoakan ya. Oh ya sampai di tempat baru jangan lupa tempat lama ya.." Jawabku ku akhiri dengan canda kecil Dan senyum simpul
"Thoyyib, Ukhibbuka fillah. Assalamu'alaikum..." katanya sambil memanasi motornya
"Wa'alaikumussalam. Ukhibbuka fillah akhi. hati-hati..." jawab ku
***
Semoga baik Dan selalu tegar . Kabar saudara seiman yang tegar di atas Sunnah. Semuanya...
Aku mencintai kalian..
Aku rindu kalian..
Kediri
19 Januari 2013
Sumber Gambar : searching google image |
Lanjutan (Ukhibbuka fillah 2, silahkan klik di sini)
3 Komentar
ana juga uhibbuka fillah ya akhi... semoga bisa saling berbagi manfaat..
BalasHapusInsyaAllah...
BalasHapusTerima kasih
tu bukan fiksi kan Fik?
BalasHapusbr sj terjadi atw udah lama?
mungkin ntar ada sambungannya yach,,, kabar saudara yg jauh di sana.
:)
Silahkan meninggalkan komentar.
Kritik & Saran. Terimakasih atas kehadiran dan juga ukiran jejak Anda.