Senin, 13.15
Fajar - Kota Aksi
Asa terlihat bekerja keras di bawah terik matahari siang ini, dari pancaran wajahnya tak tampak sedikitpun rasa lelah bahkan yang tampak adalah semangat bekerja, meski keringat mulai menetes dari dahi dan sejenak ia mengusapnya. Inilah hari-hari dalam kehidupan Asa, bekerja keras dan semangat menjalani hidup ini, tanpa keluh kesah.
Dia, bersama dengan ayahnya adalah penjual makanan ringan dan minuman segar di pinggir jalan raya kota ini. Buka dari pagi sampai sore hari. Jiwa semangat yang dimiliki Asa adalah sesuatu yang sangat berharga bagi dia, ayah dan ibunya. Bukan bawaan dari lahir, tapi dia mendapatkan "semangat" dari belajar arti kehidupan dan berubah untuk menjadi yang lebih baik.
"Asa, kamu istirahat sejenak sana. Mumpung sepi pembeli." kata ayah Asa sambil memberi Es Teh Sayonara.
"Tapi ayah?" Asa balik bertanya karena iba meninggalkan ayahnya sendiri.
"Sudah, tidak apa-apa. Cepat istirahat sana, toh ayah tidak lelah" kata ayah Asa kemudian kembali ke tempat kerja.
"Hem, ayah selalu. Padahal aku tidak lelah dan mungkin dia yang lelah. Tapi mau bagaimana lagi, pasti dimarahi kalau tidak istirahat. Baiklah istirahat sejenak" gumam Asa sambil meminum "Sayonara" yang diberikan ayahnya.
***
"Gubrak..." suara yang sangat keras membangunkan Asa dari tidurnya. Dia melihat apa yang terjadi di sekitarnya, ternyata seorang pembeli menyenggol meja hingga mejanya terguling.
"Maaf, Pak... Saya tidak sengaja. Saya tersandung..." jelas seorang pembeli tersebut kepada ayah Asa.
"Tidak apa-apa, mari kita bersihkan" kata ayah Asa sambil membersihkan minuman yang tumpah dan juga meja yang kotor serta berantakan diikuti oleh pembeli.
"Aku tadi mimpi apa?" bisik Asa kepada dirinya sambil mengingat mimpi yang terlupa karena melihat kejadian tadi.
"Ah lupa..." gumamnya dan segera SMS Cita "Kamu baik-baik saja Cita? Aku khawatir, karena mimpiku buruk"
Kemudian Asa langsung membantu ayahnya untuk membersihkan meja yang kotor terkena tumpahan air minum tadi.
"Kamu terbangun gara-gara ini?" tanya ayah Asa
"Tidak ayah, memang saatnya aku bangun" jawab Asa
"Hem, cepat sekali. Apa sudah hilang capeknya?" tanya ayah Asa lagi
"Sudah cukup ayah, nanti kalau lama-lama tidur capek karena tidur malah, hehe" jawab asa diikuti dengan tawa kecil Asa dan ayahnya
Setelah selesai, Asa berkata kepada ayahnya "Gantian ayah istirahat ya? ayolah ayah..." pinta Asa dengan wajah memelas.
"Baiklah, tapi kamu jangan ketiduran ya..." canda ayah Asa, kemudian menuju tempat duduk paling pojok dimana Asa tertidur tadi untuk sejenak melepas lelah.
"Buah jeruk, buah kedondong. Ada sms masuk, dibaca dong..." celetuk suara khas Sinchan dari HP Asa.
"Kamu mimpi apa?" kata yang terbaca di layar HP Asa.
"Orang ini, ditanya kabar malah balik tanya. Apa gak tau aku khawatir!" gumam Asa sambil menulis sms balasan untuk Cita "Gak ada, cuma mimpi buruk. Tak jelas, ditanya kabar malah balik tanya kamu tuh gak ngerti ya aku panik!"
"Aku baik saja" balas Cita
"Tetap cuek, tidak terampuni. Oke, mungkin dia sedang sibuk. Ini kan masuk jam kerjanya. Dan semoga kamu baik-baik saja!" gumam Asa hampir saja terucap melalui bibirnya.
Pelanggan makanan ringan dan es segar Sayonara Asa kini mulai ramai lagi, di siang terik ini adalah jam orang pulang bekerja atau berangkat bekerja untuk yang mendapatkan giliran kerja siang. Asa dengan semangat baru melanjutkan menjaga "kedai" di pinggir jalan raya Kota Aksi, Fajar.
Cerita ini bisa dibilang cerpen ataupun cermin. Tapi kalau saya menyebutnya cenderung ke cermin (cerita mini) bersambung karena terlalu mini untuk disebut cerpen. Hem, apapun penyebutannya semoga bermanfaat. Dan ini bagian ke tiga, untuk bagian kedua silahkan klik --> Asa dan Cita (bagian 2).
0 Komentar
Silahkan meninggalkan komentar.
Kritik & Saran. Terimakasih atas kehadiran dan juga ukiran jejak Anda.